Corat-Coret, Cuan

Mural tidak lagi dipandang sebelah mata. Seni melukis dengan media tembok ini bisa menjadi profesi yang menghasilkan uang jika ditekuni. Muralis profesional bisa mendapatkan bayaran puluhan hingga ratusan juta rupiah per proyek.

Besarnya peluang cuan di profesi non-konvensional ini menarik banyak orang untuk menekuninya sebagai pekerjaan tetap. Salah satunya adalah Herman.

“Saya bisa menghidupi keluarga dari mural. Sudah sekitar 20 tahun saya menekuni profesi ini. Hasilnya lumayan,” kata muralis berusia 43 tahun yang ditemui Sisi Baik Project dalam lomba mural di Warung Kebon Jati Segaiwak, Cisauk, Banten, Sabtu (2 November 2024).

Herman saat mengikuti lomba mural bertema Tegal Tempo Dulu di Cisauk, Banten, Sabtu (2 Oktober 2024).

Herman saat mengikuti lomba mural bertema Tegal Tempo Dulu di Cisauk, Banten, Sabtu (2 November 2024).

Muralis lain, Gunarso, mengungkapkan hal yang sama. Muralis asal Bantul berusia 40 tahun itu mengaku ada saja permintaan dari orang atau perusahaan untuk melukis di dinding.

“Proyek terbesar yang pernah saya kerjakan adalah melukis dinding sebuah resor di Maladewa. Honornya bukan yang terbesar dari yang pernah saya kerjakan. Tapi nilai totalnya besar karena pihak resor menanggung biaya transportasi dan akomodasi selama sebulan di sana,” ujar laki-laki beranak tiga itu.

Tanpa Batasan Usia

Agar bisa menjadi muralis profesional, mural membutuhkan ketekunan. Namun tidak ada batasan usia untuk menekuni seni corat-coret yang menghasilkan cuan ini. Orang tua dan anak muda punya peluang yang sama di bidang seni rupa ini.

Dodot baru, yang sudah berusia 53 tahun, baru sekitar dua tahun lalu terjun ke dunia mural. Dodot belum menjadikan muralis sebagai profesi tapi dia sudah sering mengikuti lomba.

“Mural ternyata menyenangkan. Saya bisa menyalurkan hobi menggambar yang hasilnya bisa dinikmati banyak orang. Saya rajin ikut lomba untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kemampuan saya di seni mural,” kata laki-laki bernama asli Antonius Setyo Asmoro itu.

Dodot alias Antonius Setyo Asmoro

Dodot alias Antonius Setyo Asmoro

Queen menjadi peserta termuda dalam lomba mural di Cisauk. Ditemani keluarganya, pelajar putri berusia 17 tahun ini hampir setiap pekan mengikuti lomba melukis di berbagai kota di Indonesia.

Di bulan Oktober lalu, Queen menjuarai lomba lukis yang diselenggarakan KPUD Karawang. Dari Cisauk, dia langsung bertolak ke Banjarnegara untuk mengikuti lomba mural.

Queen beruntung karena keluarganya memberi dukungan penuh. Selepas SD, bersekolah di rumah demi memperlancar kegiatannya di dunia seni rupa. Homeschooling dipilih karena orang tuanya tidak ingin Queen meninggalkan pendidikan dasar tapi tidak terkendala dengan jadwal.

“Jika masih bersekolah di sekolah biasa, tidak mungkin dia izin dua atau tiga hari setiap pekan. Dengan homeschooling, dia bisa menyelesaikan tugas-tugasnya sebelum berlomba, tanpa harus datang ke sekolah,” kata ayahnya yang berprofesi sebagai psikolog.

Queen

Queen, peserta termuda lomba mural Tegal Tempo Dulu di Cisauk, Banten, Sabtu (2 November 2024).

Meski menjanjikan cuan yang besar, mural bukan asal corat-coret dan tidak semudah yang dibayangkan. “Butuh ketekunan untuk terus berlatih. Jangan sungkan untuk belajar dari orang lain,” kata Herman.

“Untuk menjadi muralis profesional, kita juga harus berlatih mengendalikan mood. Di satu sisi, mural adalah seni rupa yang tidak bisa dikerjakan kapan saja. Di  sisi lain, mural adalah profesi yang menuntut saya menyelesaikan proyek dalam batasan waktu tertentu,” ujarnya.

“Setiap orang punya cara berbeda untuk melepaskan kejenuhan dan mengembalikan mood sebelum melanjutkan pekerjaan. Buat saya, caranya adalah bermain game di ponsel,” kata Herman.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *